BANDA ACEH - Gempa 7,2 SR yang mengguncang Aceh, Minggu (9/5) pukul 12.59 WIB menimbulkan kepanikan luar biasa. Trauma tsunami membuat masyarakat berlarian menjauh dari kawasan pantai sehingga memunculkan musibah lain berupa kecelakaan lalu lintas. Dataran tinggi dan perbukitan menjadi pilihan terbaik bagi masyarakat untuk menyelamatkan diri.
Menurut laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), gempa yang mengguncang Aceh kemarin berpusat di 66 kilometer barat daya Meulaboh dengan kedalaman 30 kilometer. Menurut BMKG, gempa tersebut berpotensi tsunami. Sedangkan pada 7 April lalu, gempa dengan kekuatan sama juga mengguncang Aceh namun pusat gempanya berada di sekitar perairan Simeulue.
Gempa pada Minggu siang kemarin mengguncang saat masyarakat sedang larut dengan berbagai kegiatan, bahkan tak sedikit yang sedang menikmati hari libur di pantai. Di Kota Banda Aceh dan Aceh Besar, misalnya, beberapa menit setelah gempa mengguncang, langsung terlihat kepanikan di jalan raya. Masyarakat yang bermukim di kawasan pesisir berlarian menyelamatkan diri ke lokasi-lokasi yang lebih tinggi sambil memboyong anggota keluarga dan barang-barang seadanya.
Berbagai jenis kendaraan terlihat menyesaki ruas jalan utama di pusat kota maupun jalan antardesa di kecamatan. Sasaran pelarian warga Banda Aceh yang bermukim di pesisir, seperti dari Kecamatan Meuraxa (Ulee Lheue), Kutaraja, Jaya Baru, Kuta Alam, dan sebagian Baiturrahman adalah ke kawasan Kecamatan Ulee Kareng, Lueng Bata, dan Banda Raya. Namun tak sedikit yang memasuki kawasan Aceh Besar seperti Blang Bintang, Lambaro, dan Gue Gajah-Mataie (Darul Imarah).
Gempa yang mengguncang Aceh kemarin juga menyentak masyarakat daerah ini yang sedang merantau di berbagai provinsi lain di Indonesia, bahkan di luar negeri. Mahasiswa asal Aceh yang sedang kuliah di Bogor, misalnya, sesaat setelah terjadinya gempa langsung menggelar doa bersama untuk keselamatan masyarakat Aceh. Kegiatan itu berlangsung di Pantai Anyer pada acara pertemuan dengan mahasiswa baru asal Aceh.
Data kecelakaan
Menurut data yang dikumpulkan Serambi dari pihak kepolisian, rumah sakit, dan relawan RAPI Kota Banda Aceh, ketika terjadi pelarian masyarakat dari kawasan pesisir ke sejumlah titik konsentrasi, terjadi sejumlah kecelakaan yang menyebabkan jatuhnya korban luka-luka.
Di Pasar Pagi Peunayong, menurut laporan Teuku Pribadi, anggota RAPI dengan call sign JZ 01 AP, seorang siswi Fakultas Ekonomi Unsyiah bernama Dewi tertabrak sepeda motor saat terjadi kepanikan lalu lintas. Korban mengalami retak tulang kaki dan langsung dibawa pulang ke kampung asalnya di Beuracan, Pidie Jaya.
Sedangkan relawan RAPI lainnya, Agus Salim (JZ 01 BBW) menginformasikan, di RS Malahayati sempat dirawat dua korban luka-luka ringan akibat kecelakaan ketika melarikan diri dari kawasan pantai Lhoknga. Mereka adalah M Zaki (13) dari Desa Lambhuk Ulee Kareng dan M Alba Zili (13) dari Jambo Tape.
Unit Laka Lantas Poltabes Banda Aceh yang dihubungi Serambi menyatakan hingga sore kemarin tidak menerima laporan tentang adanya korban kecelakaan lalu lintas. Meski demikian ada kecelakaan kecil yang terjadi di Simpang Dodik, Kecamatan Jaya Baru, Banda Aceh.
Menurut polisi, ketika panik terjadi, personel Lantas meningkatkan pengamanan di setiap persimpangan sibuk, seperti Simpang Surabaya, Simpang Empat, Simpang Lima, Simpang Jambo Tape, bundaran Lambaro, Ulee Kareng, dan sejumlah persimpangan lainnya. “Tidak ada kecelakaan fatal, kecuali saling bersenggolan karena panik,” kata seorang sumber polisi. Beberapa rumah sakit di Banda Aceh, yang didatangi Serambi juga tidak menerima korban kecelakaan lalu lintas pascagempa 7,2 SR kemarin. Rumah Sakit yang didatangi antara lain RSUZA, RS Kesdam, dan RS Meuraxa.
Penyebar arahan
Di Kota Banda Aceh, kepanikan yang luar biasa terjadi hingga pukul 14.30 WIB. Masyarakat yang terkonsentrasi di sejumlah titik aman seperti Ulee Kareng, Lueng Bata, Lambaro, Blang Bintang, Gue Gajah, dan sepanjang ruas jalan elak Keutapang-Lambaro terus siaga memantau perkembangan dari menit ke menit. Bahkan tak sedikit yang siaga di atas jembatan Pante Pirak, Peunayong, Krueng Cut, dan Lamnyong.
Sejak lima menit pascagempa, Posko RAPI Kota Banda Aceh meneruskan warning potensi tsunami dari BMKG kepada puluhan relawan di berbagai titik, terutama kawasan pesisir untuk diteruskan kepada masyarakat. Dalam melaksanakan tugas penyebaran arahan tersebut, RAPI juga meneruskan berbagai informasi dari Pusdalops dan Satkorlak PB Aceh yang langsung dikendalikan Wagub Aceh, Muhammad Nazar (JZ 01 AZ).
Sekretaris RAPI Banda Aceh, Riza Iskandar (JZ 01 BZZ) melaporkan, ketika warning potensi tsunami dinyatakan berakhir, relawan RAPI kembali menyebarkan arahan ke titik-titik konsentrasi masyarakat termasuk dengan menggunakan pengeras suara pada Unit Satgas Mobile. Sekitar pukul 15.00 WIB, seluruh lokasi yang sempat dipadati masyarakat sudah terlihat lengang kembali.
Saat rayakan maulid
Di Kabupaten Aceh Jaya, ribuan warga pesisir berlarian ke gunung dan dataran tinggi setelah gempa kuat mengguncang pada minggu siang kemarin. Khusus di Calang, ratusan pegawai Pemkab Aceh Jaya yang saat itu sedang melakukan persiapan pelaksanaan maulid akbar sempat panik dan secara spontan menghentikan kegiatan. Banyak yang lari menyelamatkan diri. “Meski demikian perayaan maulid berjalan sukses,” lapor Wakil Bupati Aceh Jaya, Zamzami A Rani kepada Serambi, tadi malam.
Gempa yang berpusat di barat daya Meulaboh itu juga membuat panik masyarakat Sabang. Guncangan sangat kuat dirasakan di kawasan Balohan. “Masyarakat panik sambil berlarian ke luar rumah dan bangunan lainnya. Guncangannya terasa sangat kuat,” kata Khalid, seorang warga Balohan.
Sigli lengang
Kepanikan juga melanda masyarakat Kabupaten Pidie akibat gempa 7,2 SR tersebut. Seperti halnya di kawasan lain, warga Pidie juga lari menyelamatkan diri ke berbagai lokasi aman, terutama di perbukitan dan dataran tinggi. Aktivitas masyarakat di pusat Kota Sigli mendadak terhenti. Tak sedikit pedagang yang langsung menutup toko. Bahkan hingga beberapa jam pascagempa, Sigli terlihat lengang.
“Kami sangat trauma dengan peristiwa tsunami. Kami tak punya pilihan kecuali lari menyelamatkan diri bersama keluarga,” kata Muhammad Ali (35), salah seorang pedagang barang bangunan di pusat Kota Sigli.
Laut Tawar aman
Di Takengon, ibu kota Kabupaten Aceh Tengah, masyarakatnya tak kalah panik ketika gempa mengguncang pada Minggu siang kemarin. Masyarakat Aceh Tengah mengaku masih sangat trauma dengan gempa 5 SR pada 29 Januari 2010.
Kepanikan juga dialami masyarakat yang sedang berwisata di Danau Laut Tawar dan sejumlah objek wisata lainnya di dataran tinggi Gayo tersebut. “Kami terus memantau perkembangan dari menit ke menit dan mulai hilang cemas saat melihat air Danau Laut Tawar aman-aman saja,” lapor seorang warga Takengon.
Panik Meulaboh
Ribuan warga Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat dan Kabupaten Nagan Raya, juga dilanda kepanikan luar biasa ketika gempa 7,2 SR mengguncang pada pukul 12.59 WIB kemarin. Sejumlah ruas jalan protokol di Meulaboh macet total. Ratusan pedagang yang sedang menjajakan barang dagangannya di pusat kota serta kawasan perdagangan lainnya menutup usaha mereka dan membawa kabur barang dagangan yang dijajakan di lapak kaki lima.
Pemantauan Serambi, puluhan warga yang berlarian di sepanjang ruas jalan protokol sempat mengalami kecelakaan dan langsung diboyong ke RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh, guna mendapatkan pertolongan lebih lanjut. Aparat kepolisian bekerja ekstra mengatur arus lalu lintas yang sebelumnya menimbulkan kemacetan dengan panjang antrean mencapai dua kilometer. Bahkan, warga yang ikut terjebak macet itu terpaksa mendahului warga lainnya sehingga situasi panik semakin tak terkendalikan.
Sekitar satu jam pascagempa, ribuan warga yang sempat mengungsi ke kawasan Desa Lapang, Kecamatan Johan Pahlawan serta sejumlah kawasan lainnya di Kecamatan Kaway XVI, berangsur-angsur meninggalkan lokasi. Kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten Nagan Raya.
Air lurut surut
Di Aceh Selatan, kepanikan juga tak kalah dahsyat. Seperti dilaporkan Camat Labuhan Haji, Suhasmi, kepanikan warga itu semakin menjadi-jadi ketika BMKG mengeluarkan warning potensi tsunami. Bahkan, air laut di perairan Labuhan Haji sempat surut sekitar 30 centimeter. Kepanikan juga dirasakan masyarakat Tapaktuan, ibu kota Kabupaten Aceh Selatan. Masyarakat yang berdomisli di Jalan Merdeka yang merupakan pusat pebelanjaan yang hanya berjarak beberapa meter dari bibir pantai langsung melarikan diri ke lokasi aman untuk menghindari kemungkinan terburuk.
Terasa di Sumut
Di Sumatera Utara (Sumut), terutama di Medan, gempa tektonik 7,2 SR juga sangat dirasakan oleh masyarakat di kota berpenduduk hampir dua juta lebih itu. Kepanikan sangat terasa, terutama di gedung-gedung tinggi seperti rumah sakit, perhotelan, dan pusat perbelanjaan. Di Plaza Medan Fair, misalnya, ada pengunjung yang nekad melompat dari lantai dua ke lantai satu untuk berebut turun. Akibatnya, seorang warga bernama Amrizal (27) mengalami luka ringan di bagian lutut kaki dan tangannya.
Di Garuda Plaza Hotel kepanikan juga terjadi terhadap tamu-tamu hotel, terutama yang baru saja bangun dari tidur dan sempat mandi. Ironisnya, setelah mengetahui terjadi gempa, ada tamu yang keluar dalam keadaan telanjang dada yang hanya ditutupi sepotong handuk, dalam keadaan busa sabun mandi masih berada di tubuh mereka.
Dari Belawan dilaporkan, kepanikan juga melanda nelayan yang sedang melaut. Mereka sempat kembali naik ke darat karena takut terjadi tsunami. Gempa juga terasa ke beberapa wilayah lain di Sumut seperti Tanah Karo sekitar 10 detik, Pematangsiantar, Kabupaten Asahan, Kota Tanjung Balai terasa hamper 30 detik, di Tapanuli Selatan, dan Kabupaten Mandailing Natal.(mir/riz/c43/fs/min/edi/az/lau)
Sumber : http://serambinews.com/news/view/30365/aceh-panik-lagi
Aceh Panik Lagi, Gempa 7,2 SR - Isu Tsunami Sebabkan Kecelakaan di Jalur Pelarian
Share